Terkini

Roti Gandum Bebas Gluten, Masa Sih?

Ratih batal berbelok ke toko roti, walau aroma butter tercium begitu pekat yang menggugah selera. Obrolan di grup PKK Whatsapp jadi penyebab. Ibu Darsih, Sekretaris RT, mengingatkan bahaya gluten terhadap pencernaan. Lebih jauh, bagi wanita paruh baya yang kian rentan terhadap obesitas dan diabetes.

Foto oleh Mariana Kurnyk dari Pexels



"Kalau bisa ganti dengan roti gandum, bukan roti biasa di toko, itu banyak mengandung gluten. Nggak sehat."


Ucapan Ibu Darsih diperlihatkan pada Warso, suami Ratih, yang menggeleng keheranan, akibat gagal menikmati Fire Floss, roti lembut bersalut abon ayam.

"Kalau begitu, kita ke toko donat  aja deh."

"Sama aja, itu juga bergluten," sergah Ratih.

"Itu dilarang, ini dilarang, jadi mau ngemil apa buat nanti sore?" Warso semakin heran.

"Tapi, aku mau roti coklat, Mah,"  Banu ikut merajuk.

Ratih memandang Warso dan Banu, putra tunggalnya, bergantian.

"Ok," akhirnya Ratih mengalah. "Kita ke toko roti itu. Banu boleh pilih roti kesukaan kamu. Tapi kita beli roti gandum aja ya, Pah, buat kita berdua."

Banu mengepalkan tangan ke udara, girang keinginannya dikabulkan. Warso malah bersungut-sungut. Bibirnya mengerucut, nafasnya mendengus pertanda kesal. Roti gandum? Ditaburi selai coklat pun, rasanya tak senikmat roti tawar.

Apakah roti gandum lebih aman ketimbang roti (tawar) biasa? Apakah roti gandum tak bergluten selayaknya roti biasa?

Dosen Ilmu Pangan Universitas Hasanuddin, Februadi Bastian, menulis di Quora, bahwa masyarakat Indonesia membedakan antaran roti biasa (terbuat dari tepung terigu) dan roti gandum (berbahan gandum atau whole wheat).

Tepung terigu, demikian masyarakat menyebutnya, mengandung protein gluten. Sebab itu dijuluki "tepung jahat". Terlampau banyak mengonsumsi gluten tak bagus untuk pencernaan.

Padahal, lanjut Februadi, whole wheat atau gandum utuh juga mengandung gluten. Jadi, jangan pernah berpikir roti gandum bebas gluten.

Mengapa tepung terigu lebih dipilih untuk membuat kue?

Dulu, gandum digunakan sebagai bahan dasar kue apa pun. Seiring perkembangan zaman, ditemukan teknik pengolahan yang memisahkan  germ dan kulit gandum untuk menghasilkan tepung yang lebih putih dan bertekstur halus, atau dikenal dengan refined grain. Inilah tepung yang kita kerap gunakan sehari-hari saat ini dalam pembuatan aneka ragam kue.

Mengapa ada proses pemisahan kulit gandum? Karena dalam pembuatan roti atau mi, kulit gandum menyebabkan pengolahan lebih susah, serta bahan sulit mengembang.

Padahal kulit gandum mengandung serat, vitokimia, vitamin, dan mineral yang baik untuk tubuh. Sementara germ mengandung asam lemak yang bagus bagi kesehatan jantung. Sebab itulah, berkembang anggapan roti gandum lebih sehat daripada roti biasa.

Tapi, kita sulit menghindar dari penggunaan tepung terigu, kan? Mayoritas kue, roti, atau mi, memakai terigu. Lagipula, roti gandum terbilang lebih mahal. Anda pun harus merogoh kocek lebih dalam.

Kesimpulannya, kalau Anda mengidap masalah pada pencernaan, roti biasa maupun roti gandum, sama saja efeknya. Kalau dikonsumsi berlebihan tetap memicu masalah pada perut.

Mungkin, lebih bijak jika kita sanggup mengontrol diri dalam mengonsumsi makanan, kapan harus mengetatkan ikat pinggang, atau melepasnya sedikit renggang untuk menikmati hidup.


Salam Kuliner!





Artikel Terkait

Komentar

Posting Komentar